
FIFA dihimbau agar mengganti jadwal pertandingan Piala Dunia 2026 menjadi pukul 9 pagi waktu setempat, terkait panasnya suhu udara selama musim panas di Amerika Serikat di tengah berlangsungnya Piala Dunia Antarklub saat ini.
Profesor Mike Tipton, pakar dari Portsmouth University, mengaku prihatin dengan kondisi yang dialami sejumlah pemain dalam beberapa pertandingan di Piala Dunia Antarklub AS. Kondisi ini menjadi ancaman besar yang harus dihadapi ketika turnamen sepak bola terbesar dunia kembali ke Amerika di waktu yang sama tahun depan.
Beberapa waktu lalu, gelombang panas pertama melanda Amerika Utara bagian timur. Puluhan orang harus dirawat di rumah sakit karena tidak tahan terpapar gelombang panas. Bahkan suhu udara New York sempat menembus rekor tertinggi, yaitu 39 derajat C.
Stadion MetLife yang terletak di luar New York akan menjadi salah satu stadion yang menggelar delapan pertandingan Piala Dunia 2026, termasuk babak final. Seperti beberapa stadion di AS, Kanada, dan Meksiko, stadion ini tidak memiliki atap dan hanya ada sedikit tempat berteduh bagi penonton.
Meski jadwal seluruh pertandingan baru akan diumumkan setelah pengundian, tetapi diperkirakan pertandingan di zona waktu timur akan dimulai pada pukul 12.00, 15.00, 18.00, dan 21.00 waktu setempat. Pertimbangannya adalah para penonton Eropa dan kepentingan pemegang hak siaran, pengiklan, dan sponsor.
Tipton bersikeras bahwa jika kondisi 10 hari terakhir terjadi kembali tahun depan, penjadwalan ulang sejumlah laga (termasuk final Piala Dunia 2026) menjadi pagi hari akan menjadi solusi terbaik dan teraman.
“Risiko kesehatan tidak hanya dihadapi para pemain, tetapi juga para ofisial dan penonton, karena kebugaran tubuh mereka jelas di bawah para pemain,” papar Tipton.
“Jika pertandingan dipaksakan berlangsung, maka penyelenggara harus bertanggung jawab bila terjadi hal yang tidak diinginkan. Hal yang mungkin terjadi adalah laga akan berubah drastis.”
“FIFA seharusnya memikirkan lokasi, waktu, dan bagaimana pertandingan berlangsung. Mengapa tidak memecah pertandingan menjadi empat babak, bukan dua babak, demi menjaga stamina pemain?”
Para pemain dari wilayah dingin patut waspada, karena para pemain dari zona panas , seperti Afrika dan Timur Tengah, dapat memanfaatkan penurunan stamina mereka untuk mencuri kemenangan.
‘Peringatan darurat’
FIFPRO (Federasi Internasional Asosiasi Pesepakbola Profesional) mendesak dilakukan perubahan terkait cuaca panas yang menjadi “peringatan” bagi penyelenggaraan Piala Dunia Antarklub.
Dalam konferensi pers, direktur medis FIFPRO Dr. Vincent Gouttebarge mengatakan bahwa perlu dipertimbangkan untuk memperpanjang waktu turun minum menjadi 20 menit di tengah cuaca panas. Tujuannya agar suhu tubuh pemain tetap normal.
Direktur kebijakan FIFPRO, Alexander Bielefeld, mengklaim cuaca New York “terlihat mengkhawatirkan.” Meski menunda pertandingan turnamen internasional karena cuaca panas “sedikit lebih merepotkan” daripada di liga domestik, ia yakin kesehatan dan keselamatan pemain harus diprioritaskan di samping kepentingan komersial.
Pedoman FIFA saat ini mengacu pada Suhu Dunia Basah (WBGT), ukuran tekanan panas yang berpatokan suhu dan kelembaban. Jika WBGT melebihi 32C, ‘jeda pendinginan’ singkat wajib dilakukan di masing-masing babak tiap pertandingan.
Menurut FIFPRO, jeda pertandingan harus diberlakukan apabila suhu udara melampaui 28C. Jika suhu udara melebihi 32C, pertandingan harus ditunda.
“Kami sedikit gembira karena FIFA sudah cukup responsif ketika pertandingan berlangsung, dan melakukan beberapa penyesuaian, seperti penambahan handuk dan air minum di pinggir lapangan, untuk pertandingan yang berlangsung di tengah cuaca panas,” kata sekretaris jenderal FIFPRO, Alex Phillips.
Di awal tahun ini, para peneliti dari Universitas Queen, Belfast, memperingatkan bahwa suhu udara di 14 dari 16 stadion venue Piala Dunia 2026 dapat melampaui level berbahaya. Kota Miami dan Monterrey berisiko tinggi karena semua stadion di dua kota itu tidak ber-AC.
Meskipun Dallas dan Houston memiliki sistem pendingin atau AC, risiko bagi penonton masih ada jika pertandingan digelar sore hari. Muncul saran agar laga sore hari tidak digelar di New York, Kansas City, Boston, dan Philadelphia.
FIFPRO mengatakan bahwa laga sore di enam lokasi, yakni Kansas City, Miami, Monterrey, Houston, Dallas, dan Atlanta dapat memicu cedera akibat tekanan panas. Hanya dua kota, San Francisco dan Vancouver, yang kemungkinannya lebih rendah.
Namun, mengingat sistem baru Piala Dunia 2026 yang menambah jumlah pertandingan keseluruhan menjadi 104, FIFA belum dapat memberikan kepastian mengenai perubahan jadwal sesuai saran FIFPRO.
Badai petir
Bukan hanya cuaca panas yang akan membayangi Piala Dunia 2026. Enzo Maresca menuding keputusan menunda pertandingan babak 16 besar Piala Dunia Antarklub antara timnya, Chelsea, kontra Benfica di Charlotte selama dua jam akibat cuaca ekstrem tidak masuk akal.
Pelatih Chelsea itu juga mengeluhkan AS “bukan lokasi yang tepat” sebagai tuan rumah turnamen sepak bola bergengsi.
Pertandingan tersebut merupakan pertandingan keenam Piala Dunia Antarklub yang harus ditunda akibat badai petir musim panas, berdasarkan peraturan keselamatan AS. Dikhawatirkan badai petir juga akan jadi ancaman di Piala Dunia 2026, apabila cuaca relatif sama dengan musim panas tahun ini.
Menariknya, pada Piala Dunia 1994 di Amerika tidak ada pertandingan ditunda akibat peringatan badai. Badan Cuaca Nasional AS berkilah, kemajuan teknologi prakiraan cuaca membuat pihaknya harus meningkatkan kewaspadaan lebih awal sebelum badai benar-benar terjadi.
Selain itu, standar peraturan keselamatan 20 tahun silam lebih longgar dibandingkan saat ini.
Tim-tim Eropa nantinya harus berkompromi dengan kemungkinan penundaan pertandingan, suatu hal yang jarang terjadi di berbagai turnamen lokal maupun internasional di Benua Biru.
Pantau jadwal Kualifikasi Piala Dunia 2026 Zona UEFA (Eropa) untuk menyaksikan pertandingan penentu bagi tim-tim zona ini.