
Tujuh dari 11 stadion venue Piala Dunia 2026 yang berlokasi di Amerika Serikat menggunakan rumput buatan, yang tidak sesuai dengan standar industri sepak bola internasional. Penyebabnya, tujuh stadion tersebut bukan stadion sepak bola ala Inggris, melainkan stadion sepak bola Amerika (rugby).
Para profesor, ahli agronomi, insinyur, dan pekerja konstruksi AS telah diterjunkan guna penggantian rumput lapangan sesuai standar FIFA. Proyek yang berlangsung setahun menjelang Piala Dunia 2026 menimbulkan kekhawatiran karena biaya penggantian rumput yang meliputi riset, budidaya, dan pemeliharaan telah mencapai jutaan dolar.
Menyulap arena rugby jadi lapangan bola
Namun bagi ketua panitia Piala Dunia Heimo Chirgi, proyek ini penting karena berbagai kecelakaan kecil telah terjadi di sejumlah turnamen sepak bola internasional yang berlangsung di AS. Lantaran stadion rugby berlapis rumput artifisial terasa terlalu empuk bagi pemain yang berlarian di atasnya dan memengaruhi jalannya pertandingan.
Copa America 2024 yang berlangsung di Atlanta, misalnya, diwarnai keluhan para pemain yang merasa mereka seperti berlari di atas trampolin saat berlaga di Stadion Mercedez-Benz, Atlanta.
Memasang rumput asli yang bisa dibongkar pasang beberapa hari sebelum pertandingan bukan solusi ideal, karena rumput akan mudah layu setelah terinjak dan meninggalkan bekas. Dengan sistem baru Piala Dunia 2026 yang memperlama waktu penyelenggaraan turnamen, rumput akan kering dan mati apabila dipasang jauh sebelum turnamen dimulai.
Proyek penggantian rumput tidak semudah yang dibayangkan karena berbagai faktor. Stadion rugby biasanya memiliki atap dan tidak memiliki irigasi dan ventilasi bawah tanah untuk pemeliharaan rumput asli sebagaimana rumput lapangan sepak bola pada umumnya..
Melepas atap stadion guna penanaman dan pemeliharaan rumput di bawah sinar matahari langsung jelas tidak mungkin, karena stadion akan kembali berfungsi sebagai stadion rugby setelah Piala Dunia 2026 usai.
Di bawah arahan FIFA, para pengelola stadion rugby di atas membangun infrastruktur yang dibutuhkan, sekaligus berkonsultasi dengan para ahli tentang cara menumbuhkan dan memelihara rumput di dalam ruangan.
Para pengelola stadion mengaku merasa waswas terhadap proyek mengubah stadion rugby menjadi stadion sepak bola itu, seiring semakin dekatnya hari H Piala Dunia 2026.
“Cara seperti ini belum pernah dilakukan,” kata Otto Benedict, Kepala Pengawas Fasilitas SoFi Stadium, stadion rugby yang juga menjadi venue Piala Dunia 2026.
Jenis rumput sesuai karakter lokasi
Pencarian solusi masalah rumput stadion dimulai pada 2019, segera setelah Amerika Serikat resmi dinyatakan sebagai tuan rumah Piala Dunia 2026 bersama Kanada dan Meksiko.
FIFA merekrut John Sorochan dan pakar rumput lapangan Universitas Tennessee dan Michigan State, Trey Rogers. Pada 1994, Sorochan menghadapi tantangan yang serupa bagi badan sepak bola dunia, yaitu memasang rumput di Pontiac Silverdome (stadion berkubah pertama di dunia) guna penyelenggaraan Piala Dunia tahun itu.
Meniru stadion sepak bola Inggris 100 persen mustahil dilakukan, karena adanya perbedaan temperatur antara Eropa dan 16 stadion venue Piala Dunia 2026. Mereka mencoba menyiasati hal ini dengan menggunakan jenis rumput yang berbeda sesuai karakteristik masing-masing lokasi.
Misalnya, Stadion BMO Field Toronto menggunakan rumput Kentucky bluegrass, Hard Rock Stadium Miami dan beberapa stadion lainnya menggunakan rumput Bermuda, Stadion Azteca Mexico City menggunakan rumput Kikuyu, Stadion SoFi dan Lumen Field Seattle akan membutuhkan spesies “musim dingin” berupa campuran bluegrass dan ryegrass. Sementara Atlanta dan Houston akan membutuhkan spesies lain.
Namun, ada satu benang merah yang akan menyatukan semua lapangan tersebut. Semua lapangan, termasuk lapangan berumput alami, akan dipasangi permukaan hibrida khusus berupa campuran 90-95% rumput dan 5-10% filamen buatan yang mudah ditemukan di Eropa tetapi langka di Amerika.
Bilah artifisial ini diletakkan seperempat inci di bawah bilah rumput asli, sehingga memperkuat lapangan dan menambah stabilitas. Bilah ini dapat ditanamkan dalam rumput alami sebuah stadion atau dalam turf lapangan Piala Dunia.
Menyemai benih hibrida
Setelah lahan perkebunan diratakan dengan laser, sebuah mesin penggilas aspal drum ganda akan memperhalus permukaannya. Kemudian traktor dilengkapi GPS menempatkan lapisan tipis pasir di atas plastik, yang akan mengikat akar rumput dan menjaganya agar tetap kokoh.
Kemudian, digelarlah karpet rumput sintetis yang dilengkapi dengan lapisan dasar yang dapat terurai secara hayati. Saat lapisan dasar terurai, hanya serat sintetis yang muncul ke permukaan tiap kali pasir ditambahkan setinggi 3 mm.
Setelah itu, benih rumput ditanam. Rumput alami akan tumbuh di antara serat-serat tersebut, sehingga terciptalah perpaduan hibrida yang dibutuhkan FIFA.
Selama beberapa bulan, benih rumput yang telah disemai dipantau perkembangannya. Para pekerja mengukur tingkat kelembaban empat kali sehari dan menyiramnya di malam hari. Tiap Senin, sampel tanaman dikirim ke laboratorium untuk dianalisa apakah kandungan nitrogen, fosfat, magnesium, dan mineral lainnya seimbang.
Setelah cukup umur, rumput-rumput ini akan diangkat dari perkebunan berikut akarnya dalam bentuk gulungan rumput untuk dipindahkan ke lapangan stadion rugby yang menjadi venue Piala Dunia 2026.
Perawatan layaknya lapangan sepak bola permanen
Walaupun rumput-rumput ini nantinya akan dibongkar sebelum musim NFL (liga rugby di AS) 2026 dimulai, para pengelola stadion melakukan perawatan layaknya lapangan sepak bola permanen.
Penyiraman dan pemotongan rumput dilakukan dengan strategi tertentu agar lapangan tidak bergelombang. Pemberian nutrisi rumput saat Piala Dunia berlangsung dilakukan bila diperlukan.
Khusus di stadion beratap, lampu-lampu LED violet cerah yang intensitas kecerahannya menyamai sinar matahari alami telah dipasang di sekitar lapangan guna menjaga tumbuh kembang rumput lapangan.
Dengan banyaknya kru yang terlibat dan rumitnya pengerjaan proyek, cukup masuk akal bila urusan perbaikan rumput yang terlihat sepele membutuhkan biaya tidak sedikit.
Berkat posisi sebagai tuan rumah, Amerika Serikat, Kanada, dan Meksiko mendapat tiket gratis lolos Piala Dunia 2026. Pantau jadwal Kualifikasi Piala Dunia 2026 untuk menonton aksi tim kesayangan Anda memperebutkan posisi di turnamen sepak bola paling bergengsi.